Jumat, 20 November 2015

Kadis Pendidikan DKI Akui Ada Kesalahan dalam Anggaran Honor "Programmer"


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Pendidikan DKI Arie Budiman mengaku, ada kesalahan dalam anggaran honor tenaga ahli programmer yang disusun dalam Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016.
Dia mengaku bahwa seharusnya honor programmer bisa dihitung dengan lebih efisien.
"Itu kan kesalahan dalam penghitungan jadi terlihatnya enggak efisien. Harusnya enggak dikali seperti itu. Enggak ada motif kami mau nyolong-nyolong. Sekarang kan sudah lebih transparan," ujar Arie di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jumat (20/11/2015).
Arie mengatakan, honor programmer bukan dikali dengan jumlah hari dan lokasi, melainkan dikali jumlah jam dan hari.
Selain itu, kesalahan lain yang juga dibuat Dinas Pendidikan DKI adalah soal penulisan nomenklatur. Misalnya, seharusnya nama kegiatan tersebut adalah "tenaga teknis", tetapi PNS di Dinas Pendidikan DKI malah copy paste dan menggunakan nama "tenaga ahli programmer" di beberapa kegiatan.
Oleh karena itu, Ari mengatakan bahwa anggaran menjadi tidak pas. Dia mengaku tidak menjelaskan hal itu kepada Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, Kamis malam tadi.

"Semalam itu mungkin saya grogi jadi enggak bisa jawab," ujar dia. (Baca: Ahok: Gila, Ada Anggaran Honor "Programmer" Rp 57 Juta untuk Enam Hari)
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku terkejut dengan adanya rancangan anggaran "tenaga ahli programmer" di dalam KUA-PPAS 2016.
Anggaran itu, kata dia, tercantum dalam anggaran dinas dan suku dinas pendidikan. Menurut Basuki, rancangan program itu merupakan modus satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk mendapat honor.
"Pakai nama apa tahu, enggak? Tenaga ahli programmer. Saya tanya itu buat apa. Itu buat scanner katanya. Anak saya 9 tahun bisa lakukan itu," kata Basuki di Balai Kota, Jumat.
Basuki lebih terkejut ketika melihat rancangan anggarannya. Satu harinya, tenaga ahli tersebut diberi honor Rp 400.000, kemudian dikali sesuai dengan jumlah hari dan lokasi. Satu orangnya, kata dia, bisa dibayar hingga Rp 12 juta untuk bekerja selama 4 hari.
"Saya bilang, ini gila aja. Seolah-olah orang-orang ini ada di semua lokasi. Ada juga yang kerja 6 hari dibayar Rp 57 juta," kata Basuki.

Sumber : Jessi Carina / Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar